Sebening kaca, sehalus sutra (Ketulusan hati orangtua takkan pernah ada duanya)




Beberapa bulan yang lalu ada salah seorang dari orangtua mahasiswa tingkat akhir (tinggal satu semester) menelpon saya untuk menanyakan perihal kuliah anaknya dikampus. 
Akan tetapi mahasiswa ini bukan mahasiswa dijurusan tempat saya mengajar, jadi saya tidak mengetahui banyak informasi tentang mahasiswa tersebut. Namun begitu, saya tetap melayani orangtua mahasiswa tersebut untuk bercerita sambil saya berjanji membantu mencari tahu tentang anaknya tersebut.

Panjang lebar orangtua mahasiswa ini bercerita tentang anaknya tersebut. 
Namun, ada satu hal yang sangat menarik dan membuat saya terharu dengan cerita dari orangtua mahasiswa ini.

‘“
Pernah pada suatu pagi anak kami ini menelpon untuk meminta uang dengan alasan untuk keperluan kuliah. Pada saat itu kami sedang tidak punya uang sama sekali karena kami hanya petani karet. Untuk makan saja kadang kami seadanya. 
Namun karena alasannya untuk keperluan penyelesaian kuliah, kami bilang nanti siang kami kirim karena sekarang kami sedang dikebun. Padahal waktu itu kami sedang tidak kekebun. 
Kami memberi alasan seperti itu supaya kami ada waktu beberapa saat minimal menjelang siang untuk mencari pinjaman uang, "kata orangtua mahasiswa tersebut".

Kenapa bapak dan ibu tidak sampaikan saja kondisi yang sesungguhnya itu kepada anak bapak dan ibu??? kata saya menanyakan.

Kami begitu karena kami tidak ingin kesusahan kami ini diketahui oleh anak kami sehingga menjadi beban juga bagi dia. Kami ingin dia berkonsentrasi untuk menyelesaikan kuliahnya, jawab orangtua mahasiswa ini.

Sontak saya terdiam, dalam hati saya berkata “sungguh mulia dan luar biasa pengorbanan bapak dan ibu ini. 
Dan pada saat itu saya pun langsung teringat dengan orangtua saya. Jangan-jangan dulu mereka juga sering seperti ini, mencari hutangan kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan saya disini”.
😢😢😢

Bapak,,, ibu,,, kata saya dengan lirih menjawab. Seharusnya bapak dan ibu menyampaikan hal ini kepada anak bapak dan ibu, agar dia tahu pengorbanan bapak dan ibu dikampung. 
Mudah-mudahan dia sadar dan memahami kondisi bapak dan ibu sehingga dia tidak main-main dalam menyelesaikan kuliahnya.

Iya pak, rencana kami suatu saat akan kami ceritakan. Mohon bantuan bapak untuk mencari informasi tentang anak kami, kata orangtua mahasiswa tersebut.

Insyaallah saya akan bantu buk, kata saya menjawab.

Dan setelah itupun kami mengakhiri pembicaraan melalui telpon tersebut.


Dari cerita orangtua mahasiswa tersebut, saya pun mendapat pelajaran yang sangat berharga tentang betapa mulianya hati orangtua.

Kadang kita ini memang tidak tahu diri.
Sering kita lupa dengan pengorbanan orangtua kita.

Jangankan untuk membalas apa yang sudah diberikan, untuk hal sepele saja bahkan kita sering lupa.
Mak... Abah...Apa kabar???
Mak,,,abah,,, sudah makan atau belum???
Mak dan abah makan apa hari ini???   
😔😔
Itu pun kadang kita lupa...

Terlalu sibuk kita dengan dunia kita sendiri.
Mereka menelponpun kadang tak kita angkat.
Padahal bisa jadi itu adalah telpon terakhir dari mereka.
😔😔

Ya Allah,,,betapa durhakanya kami kepada orangtua kami.
Selamatkanlah mereka didunia dan akhirat Ya Allah
Berikan mereka kesehatan.
Berikanlah mereka ketabahan dalam menghadapi kami ini Ya Allah.

Ya Allah,,, sadarkanlah kami.
Jadikanlah kami anak yang berguna bagi kedua orangtua kami.

Ya Allah,,, bantulah kami untuk mewujudkan cita-cita dan keinginan mereka Ya Allah.
 Aamiin Ya Rabbalalamin.#RMP

4 komentar: